Pada Rabu, 16 Maret 2022, telah dilaksanakan kegiatan Optimalisasi Penemuan Kasus (OPK) kasus terduga Tuberkulosis (TBC) dan kasus TBC oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dan Puskesmas Tanah Abang di Klinik Simas Sehat. Tujuan kunjungan untuk follow-up MoU Puskesmas Tanah Abang dan Klinik Simas Sehat mengenai jejaring kasus TBC serta penguatan kolaborasi Klinik Simas Sehat dalam Public-Privat Mix Penanganan Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi tantangan global, termasuk Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar kedua di dunia setelah India. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan pengobatan TBC secara nasional mengalami penurunan dari 67% di tahun 2019 menjadi 42% di tahun 2021. Ditambah pandemi COVID-19 melanda 2 tahun terakhir, menyebabkan upaya penanggulangan TBC berbasis masyarakat mengalami hambatan yang signifikan. Tuberkulosis merupakan penyakit lama. Studi kerangka manusia menunjukkan penyakit ini telah mempengaruhi manusia selama ribuan tahun. Penyebabnya tidak diketahui sampai 24 Maret 1882, ketika Dr Robert Koch mengumumkan penemuannya akan sebuah bakteri penyebab penyakit TBC yang kemudian dinamai Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar ketika orang sakit TBC mengeluarkan bakteri ke udara (misalnya dengan batuk) sehingga TBC biasanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat mempengaruhi tempat lain (ekstrapulmonal). Sekitar seperempat populasi dunia terinfeksi M. tuberculosis, setara dengan sekitar 2 miliar orang, mayoritas tidak menjadi penyakit dan disebut Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB). Proporsi relatif kecil (5-10%) dari yang terinfeksi akan berkembang menjadi Penyakit TBC Aktif, terutama mereka dengan HIV, kurang gizi, diabetes, merokok, dan konsumsi alkohol. Pertanyaan skrining gejala TBC paru pada dewasa

1. Batuk selama 2 minggu atau lebih? Batuk merupakan gejala utama TBC Paru. Umumnya batuk TBC bersifat produktif / berdahak, bahkan batuk berdarah. Untuk membedakan dengan batuk biasa, penyakit TBC bersifat kronis dan batuk dirasakan lebih dari 2 minggu.
2. Demam atau Keringat Malam Hari? Seperti infeksi lainnya, penyakit TBC juga dapat menimbulkan suhu tubuh meningkat (demam). Namun demam yang dirasakan tidak tinggi, Walau tanpa aktivitas fisik berarti, penderita TBC umumnya mengalami berkeringat khas pada jangka waktu sore hingga malam hari.
3. Penurunan Berat Badan dan Hilang Nafsu Makan? Tanpa penyebab lain, penderita akan mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan yang signifikan, walaupun tidak dalam upaya untuk menurunkan berat badan.
4. Nyeri dada dan sesak napas? Penderita TBC Paru aktif yang telah berlanjut akan menyebabkan kerusakan pada jaringan paru, sehingga bisa menimbulkan gejala nyeri dada hingga sesak napas.

Jika Anda mengalami atau menemukan orang terdekat dengan gejala tersebut, sangat disarankan segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diperiksa lebih lanjut sehingga dapat diobati sedini mungkin serta memutus rantai penularan TBC. Mari bergerak bersama menuntaskan TBC, untuk menuju target eliminasi TBC tahun 2030. (SH)